Skip to main content

Keuntungan Berlipat dari RAS Akuaponik Lele

Keuntungan Berlipat dari RAS Akuaponik Lele
Fiscer Ahmad Kaftaru.
Penggiat akuaponik di Pawontani Aquaponics Farm di Citayam, Bogor, Jawa Barat. Aktif di berbagai komunitas akuaponik dan sering menulis di blog pribadinya di http://kaftaru-akuaponik.blogspot.co.id/

Usaha budidaya perikanan sering kali dianggap sudah tidak layak lagi karena terbatasnya lahan dan sumber air akibat terdegradasi oleh laju industrialisasi dan pemukiman. Padahal, kota merupakan pasar yang sangat potensial bagi produk perikanan.
Lahan yang sempit dan jumlah air terbatas terutama saat musim kemarau merupakan masalah utama yang dihadapi pembudidaya lele di daerah perkotaan. Budidaya lele pada lahan sempit cenderung dilakukan dengan padat tebar tinggi dengan harapan produksi tinggi.  Padahal dengan padat tebar tinggi dapat menurunnya kualitas air yang selanjutnya berpengaruh terhadap produksi lele.
Pencemaran lingkungan (berupa bau busuk) karena menurunnya kualitas air juga menjadi masalah serius yang dihadapi pembudidaya lele, sehingga para pembudidaya tidak jarang mendapat protes dari masyarakat sekitar terlebih pada pemukiman yang padat penduduk atau di kompleks perumahan.

Sistem RAS Aquaponik
Budidaya lele dengan sistem RAS (Resirculating Aquaculture System) aquaponic terbukti hemat lahan dan air dengan produksi ganda berupa ikan dan sayuran. Secara teknis aquaponik mampu meningkatkan produksi pembudidaya ikan.  Hal ini dapat terjadi karena teknologi aquaponik merupakan gabungan teknologi aquakultur dengan teknologi hidroponik (bercocok tanam tanpa tanah) untuk mengoptimalkan fungsi air dan ruang sebagai media pemeliharaan.
Sistem RAS aquaponik lele memang belum banyak yang menerapkannya. Sistem ini memadukan metode budidaya ikan lele dengan memanfaatkan nutrisi yang diperoleh dari air kolam lele untuk disalurkan menjadi media tanam bagi tanaman. Sistem RAS aquaponik lele ini sebenarnya yang paling sering diterapkan pada model-model aquaponik, hal ini karena ikan lele menghasilkan kotoran dan sisa-sisa makanan yang jumlahnya lebih banyak, sehingga bisa dimanfaatkan untuk nutrisi bagi tanaman.

RAS aquaponik adalah salah satu sistim perikanan dan pertanian modern penggabungan dari pemeliharaan ikan dan pemeliharaan tumbuhan yang cara kerjanya adalah dengan memanfaatkan kotoran ikan dan sisa pakan ikan sebagai nutrisi tumbuhan. Dengan cara ini di nilai lebih memberikan keuntungan yang lebih banyak yaitu jika di nilai dari segi efektif dan beberapa keuntungan lainnya.
Prinsip dasar RAS aquaponik adalah sisa pakan dan kotoran ikan yang memperburuk kualitas air dan menyebabkan kematian pada ikan, akan dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman.  Pemanfaatan tersebut  melalui sistem resirkulasi air kolam yang disalurkan ke media tanaman, yang secara mutualistis juga menyaring air tersebut sehingga saat kembali ke kolam menjadi “bersih” dari amonia dan mempunyai kondisi yang lebih layak untuk budidaya ikan.
Selain itu, penurunan amoniak akan mengurangi bau busu
k yang ditimbulkan akibat padat tebar. “Beberapa keuntungan lain yang diperoleh dari budidaya lele system RAS aquaponik adalah: pH air stabil berada di sekitar 7, air tidak berbau, selama masa budidaya air tak perlu diganti, meningkatkan produksi ikan serta akan diperoleh sayuran organik.

Penerapan RAS Aquaponik Lele
Berikut adalah hal-hal yang perlu dipersiapkan dan diperhatikan dalam penerapan RAS aquaponic lele:
Kolam atau fish tank sebagai tempat tumbuh kembang ikan. Kolam ini bisa bentuk bulat atau kotak.
Filter air. Sebelum air kolam di sirkulasi menuju ke tanaman perlu adanya filter sebagai tempat proses nitrifikasi dan mineralisasi. Di dalam sistem RAS Aquaponik lele ada 3 jenis filter yg di gunakan :
Filter Mekanis, yaitu filter penampung kotoran padat
Filter Biologis, yaitu tempat tumbuhnya bakteri pengurai atau apterment bakteri
Filter Mineralisasi, yaitu rincian dari bahan organik ke unsur-unsur individu dilakukan oleh bakteri heterotrof dalam kondisi anaerobik.

Sump tank (bak penampung air yg sudah difilterisasi).
Sistem penanaman dengan system hidroponik bercocok tanam tanpa ada beberapa sistem penanamannya seperti Growbed pasang surut, DFT (deep flowing technique), Rakit apung dan Vertical grow. System penanaman ini bisa menjadi filter ke 4 (empat)
Air yang keluar dari sistem output dari saluran aquaponik akan kembali masuk ke kolam ikan lele dan memberikan percikan oksigen sehingga dapat meningkatkan kadar oksigen dalam kolam.

Langkah selanjutnya dalam perawatan ikan lele dan saluran RAS aquaponik agar selalu terjaga dengan sehat adalah bagaimana kita mampu secara konsisten untuk dapat memberikan pakan ikan berkualitas untuk ikan lele. Gunakan pelet sebagai pakan ikan. Akan lebih bagus lagi pellet ikan di fermentasi dulu selama tiga (3) hari dengan probiotik. Bisa juga mengunakan tanaman seperti kangkung, azolla dan duck week. Tetapi hal yang perlu di perhatikan adalah memberikan pakan ikan dengan kadar protein tinggi dapat mempercepat pertumbuhan ikan lele.





Comments

Popular posts from this blog

6 jenis ikan Lele di Indonesia

6 Jenis Lele Populer di Indonesia Selamat sore Sahabat luhkan Nusantara apa kabar ???? Semoga kalian semua dalam keadaan sehat baik dan tetap semangat dalam usaha mensehaterakan masyarakat kita umumnya di Indonesia ini. Sahabat Luhkan yg saya cintai …. Pada kesempatan yg baik ini saya ingin berbagi pengetahuan yg tentu saja sangat bermanfaat bagi kita semua, karena walau sedikit yg kita sampaikan sudah jelas bermanfaat. Baiklah sahabat Nusanta yg saya cintai, saya rasa kita sedah biasa dang k asing lagi soal Ikan Lele. Didalam kesempatan ini bukannya saya mengajari namun berbagi saja dan saya sendiri mendapatkannya dari berbagi sumber sehinggga dari beberapa sumber yg saya dapat kurasa tidaklah ada salahnya jika kita mau berbagi. Untuk kesmpatan ini saya akan mengenalkan tentang 6 jenis   ikan lele yg ada di Indonesia, yaitu dibawah ini Siapa yang tidak kenal lele? Ikan berkumis ini merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang diminati di Indonesia. Ada beragam jenis lele (Claria

Alat tangkap perikanan yang dilarang untuk beroperasi di Indonesia

Dalam operasi penangkapan ikan, penggunaan alat tangkap yang tepat selalu diharapkan memberikan hasil produksi yang tinggi. Namun, jika kita fokus terhadap peningkatan produksi hasil penangkapandengan menggunakan alat tangkap yang tidak dapat ramah dengan lingkungan akan berakibat fatal atas kerusakan daerah penangkapan pada saat pengoperasian alat tangkap. Hal tersebut memicu adanya pelarangan beberapa jenis alat tangkap yang memang memiliki tingkat produktivitas tinggi namun penggunaannya merusak habitat perairan Beberapa jenis alat tangkap yang dilarang dioperasikan di wilayah perairan Indonesia telah tertuang pada  Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 2/ Permen- KP/ 2015  yang dibuat atas penimbangan bahwa penggunaan alat penangkapan ikan Pukat Hela ( trawls ) dan Pukat Tarik ( seine nets ) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia telah mengakibatkan menurunnya sumber daya ikan dan mengancam kelestarian lingkungan sumber daya ikan, seh

METODE PENANGKAPAN IKAN SEHUBUNGAN DENGAN ALAT TANGKAP

METODE PENANGKAPAN IKAN SEHUBUNGAN DENGAN ALAT TANGKAP 1.  Pancing           Prinsip pancing ialah melekatkan umpan pada mata kail, lalu kail diberi tali; setelah umpan dimakan ikan, mata kail akan juga termakan dan dengan tali manusia menarik ikan ke darat/perahu.           Beberapa segi positif perikanan pancing : a.     Struktur dan operasi penangkapan mudah dilaksanakan b.     Organisasi usaha kecil, dengan modal sedikit, usaha sudah dapat berjalan c.     Syarat daerah penangkapan ikan relatif sedikit dan dapat dengan mudah di pilih d.     Pengaruh cuaca relatif sedikit e.     Ikan yang tertangkap seekor demi seekor sehingga kesegarannya terjamin Beberapa segi negatif perikanan pancing : 1)    Dibandingkan dengan perikanan jaring, jumlah hasil sedikit dalam waktu yang singkat 2)    Memerlukan umpan yang akan berpengaruh terhadap operasi penangkapan 3)    Keahlian perorangan nelayan sangatlah menonjol 4)    Bersifat pasif, artinya menunggu ikan memakan umpan dahulu baru ikan tertang