Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2017

6 jenis ikan Lele di Indonesia

6 Jenis Lele Populer di Indonesia Selamat sore Sahabat luhkan Nusantara apa kabar ???? Semoga kalian semua dalam keadaan sehat baik dan tetap semangat dalam usaha mensehaterakan masyarakat kita umumnya di Indonesia ini. Sahabat Luhkan yg saya cintai …. Pada kesempatan yg baik ini saya ingin berbagi pengetahuan yg tentu saja sangat bermanfaat bagi kita semua, karena walau sedikit yg kita sampaikan sudah jelas bermanfaat. Baiklah sahabat Nusanta yg saya cintai, saya rasa kita sedah biasa dang k asing lagi soal Ikan Lele. Didalam kesempatan ini bukannya saya mengajari namun berbagi saja dan saya sendiri mendapatkannya dari berbagi sumber sehinggga dari beberapa sumber yg saya dapat kurasa tidaklah ada salahnya jika kita mau berbagi. Untuk kesmpatan ini saya akan mengenalkan tentang 6 jenis   ikan lele yg ada di Indonesia, yaitu dibawah ini Siapa yang tidak kenal lele? Ikan berkumis ini merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang diminati di Indonesia. Ada beragam jenis lele (Claria

Jaring Insang (Gill Net)

   Jaring Insang (Gill Net) Alat tangkap ini dinamakan jaring insang (gill net) didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap (gilled)/terjerat di bagian sekitar tutup insang (operculum) pada mata jaring.  Di Maluku, jaring insang lebih banyak dikenal dengan nama beraneka ragam sesuai dengan jenis ikan yang tertangkap (jaring lema, jaring ikan terbang, jaring lalosi, dsb), dan ada pula yang dinamakan berdasarkan tempat pemasangannya di laut dan jara operasinya (jaring hanyut, jaring tanam, jaring halang/”pele-pele”, jaring dasar, dsb).  Jaring insang dikenal lebih selektif untuk menangkap ikan bila dibandingkan dengan jenis alat tangkap lainnya yang biasa digunakan oleh nelayan. Jaring insang berperan untuk menangkap ikan-ikan dengan cara menjerat (gilled) pada mata jaring ataupun terbelit-belit (entangled) pada tubuh jaring.  Pada umumnya ikan-ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah jenis-jenis ikan yang berenang di perairan (harizontal migration/vertical migration) tid

Tingkah laku ikan

Tingkah laku ikan           Tingkah laku ikan sangat erat berhubungan dengan metode penangkapan ikan.  Perlu dikuasai pengetahuan tentang reaksi ikan terhadap alat penangkapan ikan tertentu, juga pengaruh macam-macam umpan yang digunakan dalam perikanan pancing, tonda dan rawai.  Reaksi tingkah laku ikan terhadap sumber cahaya tertentu, terhadap rumpon, terhadap gelombang suara dan arus listrik.  Kesemuanya itu dapat dimanfaatkan untuk efisiensi operasi penangkapan ikan.           Pemanfaatan sifat biologi ikan dalam menerapkan metode penangkapan yang tepat, dikategorikan ke dalam dua kegiatan utama, yaitu : ·          Mengontrol kebiasaan ikan, mempengaruhi, menarik perhatian atau menggiring kelompok ikan ke suatu daerah yang memungkinkan pengoperasian alat tangkap tertentu secara efektif dan efisien. ·          Pengontrolan peralatan tangkap, yang menyangkut persoalan bagaimana ikan dapat dikumpulkan atau diangkat dari dalam air ke atas kapal dengan suatu unit alat tangkap. Sifat bio

Proses Optimasi Dalam Operasi Penangkapan Ikan

Proses Optimasi Dalam Operasi Penangkapan Ikan Ilmu dalam teori optimisasi mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu yang terbaik, terjadi setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa yang buruk.  Secara normal orang akan mengharapkan “baik” sebanyak-banyaknya, paling banyak atau maksimum; dan “buruk” sesedikit-dikitnya, paling sedikit atau minimum.  Keadaan sedemikian itu disebut “optimum”.  Jadi optimum itu bersinonim dengan maksimum untuk hal yang baik dan minimum untuk hal yang buruk.  Kata optimum telah menjadi istilah teknis yang berkaitan dengan pengukuran kuantitatif dan analisa matematis, sedangkan kata “terbaik” yang sama artinya dengan optimum, lebih banyak dipergunakan dan lebih sesuai dengan kehidupan sehari-hari.  Manusia dapat mencapai kesempurnaan dengan memahami teori optimisasi.           Optimasi berarti menghitung atau mencari titik optimum, sedangkan optimisasi merupakan peristiwa atau kejadian proses optimasi.  Jadi teori optimi

Deteksi dan penentuan daerah penangkapan ikan

Deteksi dan penentuan daerah penangkapan ikan           Kenyataan bahwa penentuan daerah penangkapan ikan dan deteksi ruaya ikan yang tepat dan cepat adalah merupakan kunci keberhasilan operasi penangkapan ikan.  Sudah sejak berabad-abad para nelayan menggunakan mata dan tanda-tanda lain di perairan dan sekitarnya untuk menentukan lokasi penangkapan ikan.  Antara lain adanya kelompok burung laut yang menyambar ke permukaan laut, adanya gelembung-gelembung udara di perairan, adanya jazad renik yang mengeluarkan cahaya alami dan lain-lain.           Pengetahuan nelayan secara turun-temurun dalam menentukan lokasi dan musim penangkapan ikan masih tetap digunakan; juga faktor oseanografis lainnya, seperti :  arus, curah hujan, kondisi awan dan angin, warna perairan, suhu air dan lain-lainnya adalah merupakan alat deteksi alami dari para nelayan.           Secara moderen, maka sekarang telah banyak digunakan penggunaan gema (echo-sounder), sonar, net zonde, radio plotter, dsb dalam operasi

Kapal ikan dan peralatan perlengkapannya

Kapal ikan dan peralatan perlengkapannya           Kapal ikan merupakan bagian integral dari operasi penangkapan ikan.  Ukurannya, mesinnya, sifat layak lautnya, pengaturan geladak, peralatan perlengkapannya, kapasitas palka, dan sebagainya, menentukan efektifitasnya sebagai alat operasi penangkapan ikan.  Adakalanya nelayan melakukan modifikasi dari bagian kapal ikan ini sesuai dengan kondisi setempat berdasarkan pengalamannya.           Untuk peningkatan pengembangannya, selain dilakukan penelitian oleh badan yang berwenang, maka monitoring laporan dari nelayan dalam berbagai aspek teknis dan ekonomis perlu tetap dikumpulkan dan dievaluasi.

TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN Kerusakan atau degradasi lingkungan laut dapat terjadi setiap saat, baik oleh  faktor-faktor alami seperti bencana alam atau proses sedimentasi atau karena eksploitasi sumberdaya laut yang tidak rasional.  Pemantauan secara kontinu terhadap suatu lingkungan sangatlah penting untuk dilakukan, supaya perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan tersebut dapat diketahui dengan pasti.  Suatu daerah penangkapan yang berpotensi sekalipun, akan menurun produktifitasnya bila terjadi banyak tekanan negatif terhadapnya.   Daerah penangkapan yang demikian ini memerlukan pengelolaan yang tepat dan benar untuk mempertahankan kelangsungan sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya. Pemanfaatan sumberdaya perikanan dengan melakukan upaya eksploitasi menghadapi kendala yang dilematis karena di satu sisi manusia berusaha untuk menjaga lingkungan perairan dari kerusakan dan ketersediaan sumberdayanya, di sisi lainnya manusia berupaya untuk mengentaskan

Konsep Pengelolaan Pada Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Konsep Pengelolaan Pada Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Supaya hal ini dapat diwujudkan maka diperlukan alternatif manajemen yakni cara atau pendekatan dalam mengelola sumberdaya. Gulland (1977) mengajukan enam pendekatan manajemen sumberdaya perikanan sebagai berikut : 1) Pembatasan alat tangkap, dapat dilakukan dengan pendekatan atau kebijakan selektifitas alat tangkap dalam manajemen sumberdaya perikanan yaitu metode penangkapan ikan yang bertujuan untuk mencapai atau mempertahankan struktur umur yang paling produktif dari stok ikan.  Kebijakan ini memberikan kesempatan pada ikan yang masih muda untuk tumbuh, bertambah nilai ekonominya, serta kemungkinan bereproduksi sebelum ikan tersebut ditangkap.  Beberapa contoh kebijakan tentang hal ini adalah pembatasan minimum terhadap ukuran mata jaring, pembatasan ukuran minimum mata pancing, serta pembatasan ukuran mulut perangkap pada kondisi terbuka. Pelarangan alat tangkap ikan, dapat dilakukan secara permanen atau sementara waktu yang