Skip to main content

TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Kerusakan atau degradasi lingkungan laut dapat terjadi setiap saat, baik oleh  faktor-faktor alami seperti bencana alam atau proses sedimentasi atau karena eksploitasi sumberdaya laut yang tidak rasional.  Pemantauan secara kontinu terhadap suatu lingkungan sangatlah penting untuk dilakukan, supaya perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan tersebut dapat diketahui dengan pasti.  Suatu daerah penangkapan yang berpotensi sekalipun, akan menurun produktifitasnya bila terjadi banyak tekanan negatif terhadapnya.

  Daerah penangkapan yang demikian ini memerlukan pengelolaan yang tepat dan benar untuk mempertahankan kelangsungan sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya.

Pemanfaatan sumberdaya perikanan dengan melakukan upaya eksploitasi menghadapi kendala yang dilematis karena di satu sisi manusia berusaha untuk menjaga lingkungan perairan dari kerusakan dan ketersediaan sumberdayanya, di sisi lainnya manusia berupaya untuk mengentaskan kemiskinan untuk mencapai kesejahteraan dengan memanfaatkan sumberdaya perikanan yang tersedia tersebut.  Permasalahan ini hanya dapat diatasi jika mereka memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya  perikanan dengan memadukan kemampuan tersebut dengan pendidikan, pengalaman, adanya akses modal, penguasaan teknologi, serta dukungan pasar dengan turut memikirkan/mempertimbangkan aspek keberlanjutan.

Pemanfaatan sumberdaya perikanan ini akan berhasil bila dilakukan pada tingkat yang optimum sebab apabila dilakukan pada tingkat yang maksimum, ketersediaan sumberdaya ini akan lenyap begitu saja. Pemanfaatan sumberdaya perikanan pada tingkat yang maksimum mengandung makna bahwa sumberdaya perikanan yang ada sekarang ini dimanfaatkan sebaik mungkin oleh generasi sekarang bagi kesejahteraan generasi tersebut.  Bila dimanfaatkan pada tingkat yang optimum, mengandung makna bahwa pemanfaatan sumberdaya yang memberikan kepuasan pada generasi sekarang tanpa mengurangi kepuasan yang akan dinikmati generasi berikutnya.  

Hal ini disebabkan karena sumberdaya laut dan pesisir sangat rentan dan sensitif terhadap banyak perubahan. Khusus untuk sumberdaya ikan, kerentanan dan sensitifitasnya semakin tinggi karena merupakan sumberdaya hayati yang banyak dipengaruhi perubahan-perubahan eksternal dan internal, yaitu perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar ekosistem dan dapat juga berupa perubahan yang terjadi di sekitar atau tempat yang jauh letaknya dari ekosistem atau perubahan yang langsung atau tidak langsung berkenaan dengan ekosistem, serta perubahan lingkungan biotik maupun abiotik (Nikijuluw, 2002).

Manusia merupakan variabel penting yang menentukan status pemanfaatan dan potensi sumberdaya perikanan, namun masih belum mendapatkan perhatian serius dalam hal pengelolaan sumberdaya perikanan. Pengelolaan sumberdaya perikanan pada hakekadnya merupakan pengelolaan terhadap manusia yang memanfaatkan sumberdaya tersebut yakni pengaturan tingkah laku mereka dalam hal memanfaatkan dan mengelola sumberdaya tersebut.  Alasan ini dikemukaan karena kenyataan yang ditunjukan secara rasional dan obyektif, membuktikan adanya kecenderungan persediaan ikan makin berkurang.

Produksi tangkapan ikan laut di Indonesia pada tahun 1999 telah mencapai 3,68 juta ton atau sekitar 60 % dari perkiraan MSY sekitar 6,1 juta ton, artinya masih berada di bawah potensi sumberdaya yang dimungkinkan dimanfaatkan.  Bila mengacu pada Total Allowable Catch (TAC) yang diperkirakan 5 juta ton, maka pada akhir tahun 1999 sumberdaya ikan laut di Indonesia telah dimanfaatkan sekitar 74 % dari potensi yang tersedia. 

Potensi dan jumlah tangkapan yang diperbolehkan serta peluang pengembangannya di Laut Maluku dan sekitarnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 1. Potensi dan jumlah tangkapan yang diperbolehkan di Laut Maluku dan sekitarnya.
Jenis Ikan

Potensi

(Ribuan Ton/Tahun)
JTB
(Ribuan Ton/Tahun)
Peluang Pengembangan

Skala Usaha

Alat tangkap
Pelagis Kecil
378,8
303,0

Skala Menengah ke Bawah
Gillnet, Long Line, Pole and Line, Trammel Net, Pancing
Pelagis Besar
106,6
85,3
Demersal
83,8
67,0
Udang
1,2
0,9
Ikan Lainnya
16,6
13,3
Sumber : Program Peningkatan Ekspor Perikanan (Protekan) 2003, Dirjen Perikanan, DKP dalam Naskah Akademik PWP (2001)


Dari Tabel di atas, dapat diketahui bahwa peluang pengembangan usaha penangkapan ikan yang direkomendasikan oleh Dirjen Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan di Laut Maluku dan sekitarnya adalah berupa usaha penangkapan berskala menengah ke bawah.

Comments

Popular posts from this blog

6 jenis ikan Lele di Indonesia

6 Jenis Lele Populer di Indonesia Selamat sore Sahabat luhkan Nusantara apa kabar ???? Semoga kalian semua dalam keadaan sehat baik dan tetap semangat dalam usaha mensehaterakan masyarakat kita umumnya di Indonesia ini. Sahabat Luhkan yg saya cintai …. Pada kesempatan yg baik ini saya ingin berbagi pengetahuan yg tentu saja sangat bermanfaat bagi kita semua, karena walau sedikit yg kita sampaikan sudah jelas bermanfaat. Baiklah sahabat Nusanta yg saya cintai, saya rasa kita sedah biasa dang k asing lagi soal Ikan Lele. Didalam kesempatan ini bukannya saya mengajari namun berbagi saja dan saya sendiri mendapatkannya dari berbagi sumber sehinggga dari beberapa sumber yg saya dapat kurasa tidaklah ada salahnya jika kita mau berbagi. Untuk kesmpatan ini saya akan mengenalkan tentang 6 jenis   ikan lele yg ada di Indonesia, yaitu dibawah ini Siapa yang tidak kenal lele? Ikan berkumis ini merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang diminati di Indonesia. Ada beragam jenis lele (Claria

Alat tangkap perikanan yang dilarang untuk beroperasi di Indonesia

Dalam operasi penangkapan ikan, penggunaan alat tangkap yang tepat selalu diharapkan memberikan hasil produksi yang tinggi. Namun, jika kita fokus terhadap peningkatan produksi hasil penangkapandengan menggunakan alat tangkap yang tidak dapat ramah dengan lingkungan akan berakibat fatal atas kerusakan daerah penangkapan pada saat pengoperasian alat tangkap. Hal tersebut memicu adanya pelarangan beberapa jenis alat tangkap yang memang memiliki tingkat produktivitas tinggi namun penggunaannya merusak habitat perairan Beberapa jenis alat tangkap yang dilarang dioperasikan di wilayah perairan Indonesia telah tertuang pada  Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 2/ Permen- KP/ 2015  yang dibuat atas penimbangan bahwa penggunaan alat penangkapan ikan Pukat Hela ( trawls ) dan Pukat Tarik ( seine nets ) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia telah mengakibatkan menurunnya sumber daya ikan dan mengancam kelestarian lingkungan sumber daya ikan, seh

METODE PENANGKAPAN IKAN SEHUBUNGAN DENGAN ALAT TANGKAP

METODE PENANGKAPAN IKAN SEHUBUNGAN DENGAN ALAT TANGKAP 1.  Pancing           Prinsip pancing ialah melekatkan umpan pada mata kail, lalu kail diberi tali; setelah umpan dimakan ikan, mata kail akan juga termakan dan dengan tali manusia menarik ikan ke darat/perahu.           Beberapa segi positif perikanan pancing : a.     Struktur dan operasi penangkapan mudah dilaksanakan b.     Organisasi usaha kecil, dengan modal sedikit, usaha sudah dapat berjalan c.     Syarat daerah penangkapan ikan relatif sedikit dan dapat dengan mudah di pilih d.     Pengaruh cuaca relatif sedikit e.     Ikan yang tertangkap seekor demi seekor sehingga kesegarannya terjamin Beberapa segi negatif perikanan pancing : 1)    Dibandingkan dengan perikanan jaring, jumlah hasil sedikit dalam waktu yang singkat 2)    Memerlukan umpan yang akan berpengaruh terhadap operasi penangkapan 3)    Keahlian perorangan nelayan sangatlah menonjol 4)    Bersifat pasif, artinya menunggu ikan memakan umpan dahulu baru ikan tertang